Wednesday, March 20, 2013

ANTIMIKROBA AIR PERASAN DAUN SIRIH ( Piper betle linn )



Staphylococcus aureus merupakan salah satu bakteri penyebab penyakit infeksi. Sebagian besar ditemukan pada manusia dengan gejala yang sangat khas seperti peradangan, nekrosis serta munculnya abses, furunkel yaitu volikolitis yg meluas yang terjadi di jaringan subkutan dibawah kulit hingga pneomonia (infeksi saluran nafas bagian atas) yang berakibat fatal (Warsa, 2011). Infeksi lain diantaranya infeksi aliran darah, situs bedah dengan gejala dan tanda-tanda adalah mengalir nanah, nyeri, kemerahan, panas, demam dan menggigil (Louisiana, 2012). 

Untuk mengatasi infeksi yang diakibatkan oleh bakteri, pengobatan sering dilakukan dengan pemberian antibiotika. Antibiotik merupakan salah satu obat yang paling sukses digunakan untuk terapi manusia, pertanian, dan peternakan (Martinez, 2009). Hingga saat ini telah tersedia banyak jenis obat antimikroba baik untuk pengobatan maupun untuk pencegahan penyakit infeksi (Harmita, 2008). Namun rendahnya pengetahuan serta penggunaan antibiotika secara berlebihan dan tidak tepat menyebabkan  bakteri menjadi tidak responsif terhadap penggunaan antibiotik, sehingga terjadi resistensi antibiotika (Noegraha, 2012).

Dengan semakin meningkatnya angka resistensi bakteri terhadap antobiotika, maka saat ini pengobatan beralih dari penggunaan obat-obat kimia sintetis kepada penggunaan obat-obatan dari bahan alam (Heinrich, 2010).  Obat-obat dari bahan alam selain digunakan sebagai obat pengganti, juga digunakan sebagai tambahan obat yang telah ada. Penggunaan obat tradisional dinilai memiliki efeksamping yang lebih kecil dibandingkan dengan obat yang berasal dari bahan kimia, disamping itu harganya juga lebih terjangkau (Tampubolon, 1981).  Salah satu tanaman yang banyak dimanfaatkan sebagai tanaman obat adalah sirih (Piper betle linn). 

Sirih mengandung minyak atsiri yang di dalamnya terkandung fenol yang berfungsi sebagai antiseptik yang sangat kuat (bakterisida dan fungsida) tetapi tidak mampu mematikan spora (sporosid). Masyarakat sendiri telah mengunakan sirih dalam pengobatan tradisional untuk menguatkan gigi, menyembuhkan luka-luka kecil di mulut, menghilangkan bau badan, menghentikan pendarahan di gusi dan sebagai obat kumur (Anonim, 2012). Sirih diketahui memiliki efek antibakteri terhadap beberapa jenis bakteri dan salah satunya adalah Staphylococcus aureus. 
Menurut Dea (2003) minyak atsiri sirih pada konsentrasi 0,1% sudah menunjukkan aktifitas antibakteri terhadap Staphylococcus aureus. Sedangkan penelitian Naim (2009) menyatakan bahwa pada kosentrasi 20% (19,7 – 0,051) mm memiliki daya hambat pling besar  diikuti 10% (16,6 – 0,046) mm  serta 5% (13,3 – 0,053) mm. Hasil uji farmakologi menunjukan bahwa infusa dapat menghambat pertumbuhan bakteri penyebab pneumonia dan Gaseus gangrene.  Pada uji antibakteri dengan metoda dilusi air rebusan sirih dapat menghambat pertumbuhan Staphylococcus  aureus (Hermawan, 2007). 
Meskipun penggunaan ekstrak etanol /metanol sudah sering dilakukan tetapi masih sedikit data yang menunjukkan data antimikrobia dari air perasan sirih terhadap Staphylococcus aureus.