Tuesday, April 23, 2013

Titith Dan Tuma

perempuan yang bercerita
Tantri

I Tuma seekor kutu yang badannya lebih besar dari pada I Titih, I Tuma tinggal diantar lepitan jahitan selimut, sedangkan I Titih tinggal di lepitan jahitan bantal, suatu hari I Tuma melintas di depan I Titih, I Titih sungguh kagum melihat I Tungu Yang sungguh besar dan gemuk, sedangkag dirinya sungguh keci dan kurus kering. padahal sejak berbulan-bulan dia tinggal di bantal sang raja, tapi ia selalu sial, selalu kesulitan menghisap darah sang raja.


I Titih berpikir keras akan nasibnya.. ia terus menerus membanding bandingkan ukuran badannya dengan I Tuma. Lalu suatu hari, disaat siang tiba, disaat raja tidak beristirahat diperaduannya I Titih menyempatkan diri mengunjungi  rumah I Tuma, di sela Jahitan selimut sang raja yang siang itu terlipat rapi di ujung tempat tidur.

dengan merayap meniti tepian kasur, akhirnya I Titih sampai di rumah I Tuma, penuh kesantunan I Titih menyapa " duhai bapa, hamba ini bernama I Candila, mohon maaf mengganggu istirahat Bapa, hamba ini kutu nista, kutu bodoh dan tidak beruntung. mengapa hamba mengatakan diri demikian sebab walaupun hamba tinggal diselipan bantal sang raja, badan hamba tetaplah kecil, badan hamba tetaplah kecil dan urus kering. setiap kali hamba hendak menghisap darah sang raja, baru hendak mengigit saja, belum dapat barang seisap pun, bantal itu sudah ditepuk tepuk, membuat hamba batal mendapatkan makanan sebab harus menyingkir menjauhi uli sang raja" demikian I Titih Menceritakan nasibnya sambil mengeletarkan sungutnya dan memperlihatkan kaki kakinya yang kecil tajam
" Hamba datang kesini disebabkan beberapa hari yang lalu, saat lari dari tepukan sang raja , hamba melihat bapa melintas , sungguh kaget bukan alang kepalang sebab bapa sungguh gemuk, sehat, tangkas dan tampak sungguh bahagia. itu sebabnya hamba datang kemari, hamba mohon diberi pelajaran mendapatkan makanan, hamba mohon di izinkan tinggal dekat dengan bapa, jadikanlah hamba murid bapa! agar hidup hamba dapat bertahan sedikit lebih lama, hamba berjanji akan menuruti ajaran bapa. jadikanlah hamba ibarat perahu dan bapa nelayannya.... "
Mendengar ucapan I Titih itu, I Tuma  tersenyum haru, jatuh kasihan hatinya, " Puh! Puh! Puh! anakku, Titih Bapa terharu sekali dengan nasibmu, memang tidaklah mudah tinggal di perduan sang raja, sebab semua raja selalu gelisah tidurnya. setiap saat bila tak nyenyak tidur, bantal itu akan ditepuk tepuk. bila akan mencegah mimpi buruk bantal itu akan di bolak balik. itu sebabnya engkau sulit mendapatkan makanan. Puh! Puh! Puh! Bapa senang sekali bila engkau mau tinggal denganku disinihilir peraduan sang raja. Bapa senang ada yang menemani, juga senang sekali jika engkau percaya menjadikan bapa gurumu. namu dengarlah dengan hati hati dan penuh kesabaran anakku. jika engkau hendak berniat tinggal di selimut ini, di hilir peraduan raja, kamu mesti mentaati pesan bapa ini!"

apakah pesan I tuma kepada I Titih???

cerita selanjutnya akan saya sambung pada kesempatan berikutnya

cerita ini saya copas dari Buku karya Cok Sawitri yang berjudul "Tantri, Perempuan yang bercerita"

ayo segera beli bukunya dan jadikan dongeng nusantara sebagai pengantar tidur dan menyampaikan pesan moral pada buah hati kita

Lihat pengarangnya disini

Lihat google books